Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Peternak, Jadi Proker Mahasiswa KKN-T Unhas di Desa Tinco, Soppeng

Artikel, Nusantara17 Dilihat

Kacamatanegeri.com, SULSEL– Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Ekonomi Kreatif Gelombang 114 Universitas Hasanuddin (Unhas) yang melaksanakan pengabdian masyarakat di Desa Tinco, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan (Sulsel). Kamis (31/7/2025) mengadakan Program Kerja (Proker) Individu berbasis lingkungan dan pertanian berkelanjutan melalui optimalisasi pemanfaatan limbah peternakan berbasis zero waste.

Proker individu ini atas inisiatif dari salah satu mahasiswi bernama Dian Novitasari Jurusan Peternakan. Yang bertujuan mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat limbah peternakan (feses) sapi sekaligus meningkatkan produktivitas pertanian masyarakat.

Hal itulah yang melatarbelakangi proker, Dian sapaan karibnya, dimana di banyak desa dengan kegiatan peternakan sapi, feses sapi seringkali dianggap sebagai limbah yang mengganggu dan mencemari lingkungan. Padahal, jika dikelola dengan benar, limbah ini dapat diubah menjadi pupuk organik yang sangat bermanfaat bagi sektor pertanian.

Menurutnya, pemanfaatan limbah peternakan tidak hanya mengurangi pencemaran, tetapi juga memberikan nilai tambah ekonomi dan mendukung prinsip pertanian berkelanjutan.

Diharapkan melalui program kerja KKN-T ini, mahasiswa berperan aktif dalam memberdayakan masyarakat untuk memanfaatkan limbah feses sapi menjadi pupuk organik (pupuk kandang), serta untuk mendorong penggunaan pupuk ramah lingkungan di sektor pertanian lokal.

Tentunya kata Dian, semua dilaksanakan dengan tujuan, meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah ternak. Dengan mengajarkan teknik sederhana pengolahan feses sapi menjadi pupuk organik (pupuk kandang).

Sasaran kegiatan proker, kata Dian lagi, tentunya paling utama peternak, petani dan kelompok tani dimana KKN-T dilaksanakan.

Menurut Dian, untuk mewujudkan program, berbagai bentuk kegiatan dilaksanakan, melalui sosialisasi dengan menyampaikan manfaat dan pentingnya pengelolaan feses sapi sebagai pupuk. Kemudian, pelatihan pembuatan pupuk organic dan demo plot (lahan percontohan) dengan menerapkan pupuk hasil olahan di lahan tani sebagai uji coba.

Setelah itu dilakukan evaluasi dan tindak lanjut berupa diskusi bersama petani dan peternak untuk melihat hasil dan potensi keberlanjutan.

Metode pelaksanaan berupa observasi lapangan dengan mengenal kondisi limbah peternakan di lokasi. Ditambah praktikum lapangan yang langsung membuat pupuk di lokasi. Tentunya turut berpartisipasi melibatkan masyarakat secara langsung dalam pelatihan. Kemudian, diskusi kelompok untuk menyerap aspirasi dan saran dari warga.

Dengan metode pelaksanaan yang diterapkan tentunya hasil yang diharapkan masyarakat mampu mengolah feses sapi menjadi pupuk sendiri.

Terciptanya pupuk organik lokal yang hemat biaya dan ramah lingkungan. Meningkatnya hasil pertanian karena penggunaan pupuk alami. Dan yang terpenting berkurangnya pencemaran lingkungan dari limbah ternak.

Sebagai penutup, program kerja ini diharapkan menjadi langkah awal menuju desa yang lebih mandiri, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Dengan mengubah limbah menjadi berkah, masyarakat desa tidak hanya menghemat biaya, tetapi juga berkontribusi terhadap kesehatan lingkungan dan keberlanjutan pertanian.

Dari proker ini, Koordinator Kelurahan, Muhammad Akram menyatakan mahasiswa KKN-T Unhas berupaya mendorong masyarakat agar lebih bijak dan produktif dalam memanfaatkan limbah.

“Program ini sangat bermanfaat karena membantu membuka wawasan masyarakat dalam mengelola limbah peternakan menjadi sesuatu yang berguna, tidak hanya mengurangi pencemaran, tetapi juga meningkatkan produktivitas pertanian. Harapan kami, kegiatan seperti ini bisa terus berlanjut, bahkan setelah masa KKN selesai, agar desa kita semakin mandiri dan ramah lingkungan. Terima kasih atas dedikasi dan kerja samanya,” ujarnya.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini, mahasiswa KKN bekerja sama dengan peternak lokal dan warga sekitar, serta didampingi oleh tokoh masyarakat dan aparat desa.

Respon masyarakat sangat positif, ditandai dengan partisipasi aktif dalam sesi praktik dan diskusi yang diselenggarakan. Diharapkan, hasil dari program kerja ini dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat sebagai salah satu solusi untuk mendukung pertanian organik dan memperkuat ketahanan pangan desa. (dwn)