Kacamatanegeri.com, PPU – Sanggar Seni Borneo Benuo Taka (BBT) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) sukses mengukir sejarah dan membawa pulang gelar juara Festival Kudungga 2025 tingkat Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) yang digelar 27-30 Oktober 2025.
Kemenangan ini bukan sekadar gelar, melainkan penegasan eksistensi PPU dalam melestarikan kebudayaan lokal melalui seni tari yang berlangsung di Gedung Rinjani Asnawi, UPTD Taman Budaya, Kaltim.
Aksi Sanggar Seni BBT berhasil memukau dewan juri dan mengungguli 20 peserta terbaik lainnya dari berbagai kabupaten dan kota di Kaltim. Dengan membawakan karya tari kreasi berjudul “Nyinke Iden,” sebuah pementasan yang diangkat dari mitologi kepercayaan Suku Dayak Paser di masa lampau.
Penampilan indah, penuh makna dan dedikasi tinggi, tim Sanggar Seni BBT layak dinobatkan sebagai yang terbaik. Prestasi membanggakan ini menjadi bukti bahwa semangat insan seni PPU patut diperhitungkan.
Perjuangan Mandiri yang Berbuah Manis
Kemenangan ini terasa makin mengharukan bagi seluruh anggota tim, terutama bagi Ary, koreografer sekaligus founder Sanggar Seni BBT.
Dalam ungkapannya yang emosional, Ary menyoroti bahwa perjuangan meraih gelar ini jauh lebih berarti daripada sekadar piala
“Air mata ini, sungguh bukan hanya tentang piala atau gelar Juara 1 Festival Kudungga. Lebih dari itu,” ujar Ary dengan mata berkaca-kaca.
Dirinya mengenang, proses yang terasa berat itu kini terbayar lunas. Ini adalah bukti bahwa perjuangan yang tulus takkan pernah sia-sia.
“Ini adalah air mata haru ketika mengingat setiap detik keringat yang jatuh, setiap malam tanpa tidur, setiap drama kecil saat semangat hampir padam, dan momen hampir menyerah yang kita lalui bersama,” ungkapnya.
Ary juga menambahkan sebuah fakta yang membuat perjuangan ini kian heroik. Yakni dilakukan dengan biaya mandiri.
“Perjuangan kami yang dilakukan secara mandiri ini semakin membuktikan tingginya dedikasi dalam mencintai budaya dengan seni tari kami berbicara,” ucapnya.
Refleksi Bahagia dari Panggung Juara
Rasa syukur dan kebahagiaan turut dirasakan oleh para penari. Nabil, salah satu penari mengungkapkan perasaannya dan memberikan ajakan optimis.
“Rasa lelah itu hilang seketika begitu nama PPU disebut sebagai juara. Saya bersyukur bisa menjadi bagian dari proses yang gila ini. Ini mimpi yang jadi nyata,” katanya.
Tapi ingat, piala ini kata Nabil, bukan akhir, justru awal dari tantangan selanjutnya.
“Untuk teman-teman di PPU, mari terus berproses, terus bermimpi, dan jangan pernah takut untuk menjadi unik lewat kebudayaan kita sendiri. Kita buktikan seni PPU layak berdiri di panggung nasional,” ucapnya penuh semangat.
Diharapkan, kemenangan Sanggar Seni BBT menjadi inspirasi bagi generasi muda di PPU untuk terus berkarya dan mencintai warisan leluhur. Sekaligus menegaskan bahwa seni dan budaya adalah pilar penting dalam pembangunan daerah. (*/dwn)
