Wawasan Kebangsaan dan Adab Awali Proses Belajar Mengajar di Sekolah

Artikel10 Dilihat
banner 468x60

BUPATI Penajam Paser Utara (PPU), H. Mudyat Noor, menyampaikan sebuah gagasan yang layak mendapat perhatian serius, dimana setiap sekolah di PPU sebelum memulai proses pembelajaran agar membiasakan siswa dengan penguatan wawasan kebangsaan serta adab.

Ide ini bukan sekadar rutinitas tambahan di ruang kelas, melainkan upaya strategis untuk membangun generasi yang bukan hanya cerdas secara akademis, tetapi juga matang dalam karakter, beradab, serta memiliki rasa cinta tanah air yang kokoh. Di tengah derasnya arus globalisasi, anak-anak kita dihadapkan pada tantangan besar berupa lunturnya nilai-nilai kebangsaan dan adab dalam kehidupan sehari-hari.

banner 336x280

“Wawasan kebangsaan dan adab di sekolah ini sangat penting. Insya Allah ini akan kita wajibkan di sekolah-sekolah yang ada di PPU,” kata Mudyat Noor dalam kesempatan.

Menurutnya, fenomena degradasi moral, perundungan di sekolah, hingga sikap individualistis yang kian menguat menjadi alarm bagi dunia pendidikan. Dalam konteks inilah gagasan Bupati PPU hadir sebagai langkah preventif dan solutif, sekolah bukan hanya tempat mengasah otak, tetapi juga tempat menanamkan karakter kebangsaan dan budi pekerti.

Wawasan kebangsaan pada dasarnya adalah pemahaman menyeluruh mengenai jati diri bangsa Indonesia, dasar negara Pancasila, UUD 1945, serta semangat persatuan dalam kebhinekaan. Menanamkan wawasan ini di sekolah berarti mengajak anak-anak sejak dini untuk memahami siapa dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia, serta menumbuhkan rasa bangga dan tanggung jawab dalam menjaga NKRI.

Baca Juga :  DPRD PPU Dukung Upaya Pemkab Tekan Angka Kemiskinan Ekstrem

Jika setiap pagi sebelum pelajaran dimulai para siswa diajak menyanyikan lagu kebangsaan, mendengar cerita perjuangan, atau berdiskusi tentang nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, maka sekolah telah berperan sebagai benteng pertama dalam menjaga keutuhan bangsa. Generasi muda yang memiliki wawasan kebangsaan akan lebih kuat menghadapi gempuran ideologi transnasional maupun pengaruh budaya luar yang bertentangan dengan jati diri bangsa.

Selain wawasan kebangsaan, Bupati PPU Mudyat Noor juga menekankan pentingnya adab di sekolah. Hal ini sejalan dengan filosofi pendidikan klasik yang menyebutkan bahwa adab lebih tinggi dari ilmu. Seorang anak boleh saja pintar dalam berhitung atau sains, tetapi tanpa adab, kepintaran itu bisa kehilangan arah dan justru membahayakan.

Adab mencakup sikap hormat kepada guru, sopan santun kepada teman, disiplin dalam belajar, hingga kebiasaan menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Jika budaya adab ditanamkan setiap hari, sekolah akan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter mulia, beretika, dan mampu hidup harmonis di tengah masyarakat.

Implementasi Nyata di Sekolah

Untuk mewujudkan gagasan ini, ada beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan antara lain:

  1. Ritual Pagi Kebangsaan – Sebelum pelajaran dimulai, sekolah bisa mengadakan sesi singkat seperti menyanyikan lagu nasional, pembacaan Pancasila, doa bersama, atau mendengarkan kisah inspiratif perjuangan bangsa.
  2. Penguatan Pendidikan Karakter – Guru tidak hanya mengajarkan materi akademik, tetapi juga memberi teladan dalam hal adab. Sekolah bisa membuat kode etik sederhana yang dibiasakan setiap hari.
  3. Kegiatan Ekstrakurikuler Bertema Kebangsaan – Pramuka, Paskibra, seni budaya daerah, hingga forum diskusi kebangsaan menjadi sarana menumbuhkan rasa cinta tanah air.
  4. Keterlibatan Orang Tua – Pendidikan adab dan kebangsaan bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga keluarga. Sinergi orang tua dan guru akan memperkuat proses pembiasaan ini.
Baca Juga :  Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Peternak, Jadi Proker Mahasiswa KKN-T Unhas di Desa Tinco, Soppeng

Mudyat Noor berharap jika gagasan ini benar-benar terwujud di setiap sekolah, maka dalam jangka panjang PPU akan memiliki generasi yang unggul, tidak hanya dalam prestasi akademik, tetapi juga dalam moral dan jiwa nasionalisme. Mereka akan tumbuh menjadi anak-anak bangsa yang siap menghadapi tantangan zaman dengan identitas yang kokoh.

Di era ketika kecerdasan buatan dan teknologi semakin menguasai kehidupan, pembeda utama manusia bukanlah sekadar kepintaran, melainkan karakter dan adab. Maka, apa yang dicetuskan oleh Bupati PPU bukan hanya relevan, tetapi sangat visioner. Pendidikan yang menyeimbangkan otak dan hati adalah kunci untuk menyiapkan generasi emas Indonesia 2045. (*)

banner 336x280