Kacamatanegeri.com, PENAJAM– Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) menjelaskan ciri-ciri ternak sapi yang terinfeksi virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), hingga menyebabkan sapi kesulitan makan serta berbadan kurus.
Kepala Bidang (Kabid) Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian (Distan) PPU, Ristu Pramula mengatakan, memaparkan ciri-ciri utama sapi yang telah terpapar virus PMK dapat diketahui dari mulut sapi yang terdapat luka atau inveksi, sehingga mengakibatkan sapi tersebut kesulitan dalam mengunyah makanan.
Kemudian terdapat luka pada bagian kuku yang mengeluarkan cairan dan timbul bintik bintik seperti kutu air.
“Ciri-cirinya seperti radang di sekitar mulut menyebabkan daya nafsu makan terhadap sapi tersebut menurun akhirnya lama-lama badan sapi jadi kurus, kemudian ada seperti kutu air di bagian kuku,” paparnya kepada media, Senin (24/3/2025).
Ristu menambahkan, bahwa sapi yang telah terjangkit virus PMK tergolong tidak membahayakan terhadap manusia.
“Dagingnya masih dapat dikonsumsi selama dalam proses pengolahan daging tersebut dengan cara yang benar,” ungkapnya.
Meski tidak berbahaya, Pemkab PPU melalui Distan telah melakukan upaya pencegahan virus PMK pada ternak sapi dengan pemberian vaksin terhadap seluruh populasi ternak sapi yang ada di PPU.
“Vaksinasi pertama akan kami tuntaskan pada April 2025, atau usai lebaran Idulfitri 1446 Hijriah,” ujar Ristu.
Ia menyebutkan, jumlah populasi sapi berdasarkan data Distan PPU mencapai sekitar delapan ribu ekor, yang tersebar pada empat wilayah yakni Kecamatan Penajam, Waru, Babulu dan Sepaku.
“Jumlah ini menurun dari tahun sebelumnya, karena berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik (BPS) yang disadur oleh Kementerian, jadi kita mengikuti itu,” ulasnya.
Namun demikian, dari delapan ribu ekor sapi yang ada di PPU tersebut masih tersisa sekitar lima ribu ekor yang belum divaksin.
Setelah ini (vaksinasi) sapi di Sepaku dan Penajam, karena Babulu tinggal sedikit lagi, mungkin periode berikutnya menyisir yang belum saja,” tambahnya.
Ristu mengungkapkan, hal itu dikarenakan sistem peternakan di wilayah tersebut tidak menerapkan sistem kandang dalam pemeliharaan, tetapi banyak yang dilepas secara liar di alam terbuka.
“Karena sapi liar ini jadi kendala, jangankan kita petugas, sedangkan peternaknya sendiri kadang susah untuk mengendalikanya,” ucapnya.
Menurutnya hal ini menjadi kendala tersendiri bagi petugas saat melakukan pemberian vaksin, karena sapi cenderung sulit untuk dikendalikan.
“Tapi diusahakan semua harus divaksin karena semua harus terpenuhi,” ucapnya.
Ristu menjelaskan, bahwa pemberian vaksin diberikan rutin setiap tahun untuk pencegahan terhadap virus PMK yang kemungkinan menyerang ternak sapi.
“Jadi pelaksanaanya dalam setahun itu dua kali, satu ekor diulangi dua kali vaksin dalam setahun,” imbuhnya.
Setelah menyelesaikan seribu vaksin di wilayah Penajam dan Sepaku, Ristu menyebut, maka tiga bulan kemudian akan dilakukan pengulangan vaksin.
Ristu menyatakan, dari jumlah populasi delapan ribu ekor sapi yang ada di PPU hingga saat ini belum ada yang terjangkit virus PMK. Namun demikian, vaksinasi perlu dilakukan guna pencegahan terhadap virus PMK.
“Alhamdulillah belum ada yang terjangkit,” pungkasnya. (*/ant/dwn)