Sepanjang 2024, Angka Penanganan Kasus DBD di PPU Naik Turun

Berita, Daerah74 Dilihat
banner 468x60

Kacamatanegeri.com, PENAJAM– Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) gencar menggaungkan Gerakan Menguras Menutup dan Mengubur (3M), khususnya di wilayah Kecamatan Sepaku.

Hal ini disampaikan Harjito Ponco Waluyo selaku jabatan fungsional Pengelola Penanggulangan Demam Berdarah, Pencegahan dan Pengendalin Penyakit Menular (P2P) Dinkes PPU ditemui Kacamatanegeri.com

banner 336x280

di kantornya, Senin (6/1/2025).

Menurutnya, kasus demam berdarah di PPU mengalami peningkatan yang signifikan. Terutama di bulan Juli – Oktober 2024 lalu.

“Alhamdulillah sekarang setelah di lakukan gerakan bersama di Sepaku dengan Pj Bupati PPU, kita bisa menurunkan angka kasus pada bulan Desember lalu yang hanya terdapat 32 kasus yang sebelumnya mencapai di angka 220 kasus pada bulan Juli,” ujarnya, ditemui.

Ia mengatakan hal ini adalah dampak dari tingkat mobilisasi di Kecamatan Sepaku berkenaan dengan persiapan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), termasuk persiapan acara peringatan hari Kemerdekaan 17 Agustus 2024 lalu. Disinyalir 12 ribu lebih bahkan 20 ribu orang pekerja di kawasan tersebut.

“Perbedaan DBD saat ini dengan dulu itu berbeda kalo dulu kita harus cari tahu asal DBD itu dari mana, habis perjalanan dari mana, sekarang tidak. Karena parasit dibawa nyamuk aedes aegypti yang berada dimanapun oleh mobilisasi manusia itu sendiri. Kalau dulu, kasus DBD di Penajam kecil sekali, tapi sekarang besar sekali karena mungkin semakin banyak orang dari daerah manapun datang ke sini, jadi semua berisiko terjangkit DBD,” tuturnya.

Lebih jauh, Harjito merincikan  beberapa data yang dihimpun Dinkes PPU sepanjang tahun 2024 berdasarkan laporan Rumah Sakit Sepaku di antaranya, laki-laki  berjumlah 550 orang, perempuan 99 orang dengan total 649 kasus.

Sementara laporan dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ratu Aji Putri Botung. Yakni laki – laki berjumlah 44 orang, perempuan 37 orang dengan total 81 kasus.

Harjito menekankan langkah utama penanganan kasus DBD ini adalah dengan pengendalian pemberantasan jentik nyamuk.

“Itu yang lebih penting. Kalau fogging (pengasapan) hanya untuk membunuh nyamuk dewasa. Tapi kalau sarang atau jentiknya yang kita basmi, maka tidak sampai nyamuk berkembang sampai dewasa. Makanya kemarin itu kita lakukan gerakan 3M di Kecamatan Sepaku,” sambungnya.

Ia mengimbau agar warga yang mengalami mengalami demam atau panas tanpa sebab selain dikarenakan oleh luka akibat terjatuh, flu atau radang tenggorokan, maka harus dicurigai terpapar DBD.

“Saat ini sudah lebih mudah, karena ada alat deteksi dini yang Bernama Dengue NS1. Alat ini efektif untuk memberikan penanganan yang cepat terhadap pasien yang dicurigai terpapar parasit DBD,” imbuhnya. (*/ant/dwn)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *