Kacamatanegeri.com, PENAJAM– Seorang wali murid, Ardiansyah kecewa karena anaknya, Muhammad Rifai tidak lolos saat mendaftar sekolah, melalui Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) walaupun masuk dalam zonasi SDN 014, Kelurahan Nipah-Nipah, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Ardiansyah mengungkapkan, seharusnya SPMB diberlakukan secara adil sehingga masyarakat tidak kesulitan dalam mendaftarkan putra putrinya untuk sekolah.
“Coba pikir, kita ibarat di wilayah sendiri harus keluar ke daerah lain. Sedangkan ada saja yang dari luar bisa masuk ke sini, ini harus adil,” tegasnya, Jumat (3/7/2025).
Ardiansyah mengimbau, pembagian kuota harus mempertimbangkan jumlah penduduk di sekitar sekolah, dengan cara mengakomodir serta melakukan pendataan terlebih dahulu.
“Misalnya didata dulu, berapa anak yang mau masuk sekolah, harusnya itu yang dipikirkan, jangan disamaratakan. Hanya dibatasi kuotanya 28 siswa, sementara yang tidak lolos dari SDN 014 ini ada 11 anak,” keluhnya.
Menurutnya, sekolah lain seperti di Kelurahan Kampung Baru malah kekurangan murid. Namun jaraknya terlalu jauh jika anaknya harus bersekolah di sana.
“Makanya saya bisa akses ke sana, seharusnya kuotanya dibedakan, jangan disamaratakan. Kalau disamaratakan, ada yang penduduknya sedikit ada yang banyak pasti tidak terakomodir jika dibatasi kuotanya,” tambahnya.
Ardiansyah mengaku sudah mendatangi Dinas Pendidikan setelah mengetahui anaknya tidak lolos SPMB.
“Hari Senin saya ke dinas pendidikan, ketemu Pak Kabid. Beliau bilang, silakan cari tempat yang kosong, akhirnya saya daftar di Sesumpu dan Pejala,” jelasnya.
Ardiansyah menuturkan, solusi tersebut kurang tepat. Karena akan berdampak psikologis yang kurang baik bagi anaknya.
“Kalau menurut dinas mungkin baik, tapi buat saya dampak negatifnya besar untuk anak saya. Di usia dini, perlu bimbingan orang tua, tiba-tiba sekolah di lingkungan asing, pasti bingung,” ungkapnya.
Ardiansyah menambahkan, jika anaknya tidak sekolah, justru akan menghadapi risiko lebih besar. cenderung bermain game di handphone (Hp).
“Kalau anak saya satu tahun di rumah, bisa-bisa hanya main Hp. Siapa yang bisa bendung, saya harus kerja untuk nafkah keluarga. Kalau sekolah bisa fokus belajar, pulang bisa istirahat, main Hp pun bisa dikontrol,” paparnya.
Ardiansyah berharap anaknya bisa tetap masuk SDN 014 merupakan zonasi terdekat dari rumahnya.
“Harapannya bisa masuk di sini, zonasi terdekat. Rumah saya di sini perbatasan antara Nipah-Nipah RT 5 dan RT 6, Sungai Paret,” ucapnya.
Ardiansyah menambahkan, bahwa solusi diserahkan kepada pihak sekolah dan dinas terkait. “Kalau saya tidak tahu solusinya seperti apa. Yang penting saya sampaikan demi kebaikan anak saya,” tutupnya. (*/ant/adv)