Lonjakan Kasus DBD di PPU, Strategi Satu Rumah Satu Jumantik Jadi Solusi

Advertorial, Berita1159 Dilihat
banner 468x60

KACAMATANEGERI.COM, PPU – Di tengah keberhasilan menekan kasus Malaria menuju target eliminasi pada 2027, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) kini dihadapkan pada ancaman kesehatan serius yang tak kalah mematikan, yakni Demam Berdarah Dengue (DBD).

Dalam pencanangan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J) bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-61 di Waru, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) PPU, dr Jansje Grace Makisurat, mengungkap data mengejutkan yang menempatkan PPU sebagai peringkat pertama nasional penyumbang kasus DBD pada 2024.

banner 336x280

Mobilisasi penduduk yang masif, terutama di sekitar Ibu Kota Nusantara (IKN), disebut menjadi pemicu lonjakan kasus yang tak terkendali. Diinformasikan, 1.484 Kasus DBD tercatat di PPU sepanjang 2024.

Kecamatan Waru, pusat pencanangan G1R1J, mencatat kenaikan kasus dari 184 (2024) menjadi 224 (Oktober 2025), sebuah peningkatan drastis dalam waktu kurang dari setahun. Desa Bangun Mulyo di Waru dan Desa Bumi Harapan menjadi wilayah darurat dengan kasus terbanyak.

“Kondisi inilah yang menjadikan Waru sebagai pusat pencanangan Gerakan PSN tingkat kabupaten,” kata Grace, Jumat (13/11/2025).

Ia menegaskan, fokus penanganan kini beralih pada upaya pengendalian DBD yang kian mengkhawatirkan. Ironisnya, kabar buruk DBD ini datang di saat PPU mencatatkan kemajuan besar dalam penanganan Malaria.

Data Dinkes menunjukkan keberhasilan menekan kasus Malaria secara signifikan. Pada 2023 API 5, dan 2024  turun menjadi 2,1, Oktober 2025 API turun drastis menjadi 0,8. Menurutnya, hal itu suatu capaian positif.

Baca Juga :  Diskominfo PPU Ikuti Pengukuhan 56 TTIS di Depok

“Semoga tetap di bawah 1 agar kita bisa mulai tahapan eliminasi malaria pada 2026 dan mencapai target eliminasi tahun 2027, lebih cepat dari target nasional tahun 2030,” harap dr. Grace, menunjukkan bahwa dengan komitmen, ancaman kesehatan bisa ditaklukkan.

Menghadapi darurat DBD, Dinkes PPU mencanangkan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J).

Inisiatif ini bukan sekadar program, melainkan upaya mendasar untuk mengubah perilaku masyarakat dan menempatkan setiap kepala keluarga sebagai garda terdepan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Grace menegaskan bahwa strategi paling efektif adalah pemberantasan jentik, bukan fogging (pengasapan), yang hanya membunuh nyamuk dewasa.

“Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, tidak membunuh jentik. Karena itu kerja bakti membersihkan tempat penampungan air jauh lebih efektif,” tegasnya.

Sebagai langkah awal, Dinkes PPU secara simbolis membagikan kelambu dan larvasida (Abate) kepada penerima, menandai dimulainya aksi serentak PSN di 11 puskesmas di seluruh Kabupaten PPU. Dengan memfokuskan aksi di wilayah kasus tinggi, berharap dapat memutus mata rantai penularan dan keluar dari predikat darurat DBD nasional. (Adv)

banner 336x280