Bupati PPU Intruksikan Data Tunggal dan Tim Terpadu Entaskan Stunting

Advertorial, Daerah50 Dilihat
banner 468x60

KACAMATANEGERI.COM, PPU – Bupati Penajam Paser Utara (PPU), Mudyat Noor, mengeluarkan instruksi keras yang menandai perubahan fundamental dalam penanganan stunting dan kesehatan ibu-anak di kabupaten yang dipimpin.

Ia mendesak semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk segera meninggalkan kerangka kerja sektoral yang selama ini dianggap menghambat, dan mengoptimalkan fungsi Tim Terpadu Lintas OPD dengan basis data yang seragam.

banner 336x280

Langkah ini diambil setelah PPU masih menempati posisi ketujuh dalam angka stunting se-Provinsi Kalimantan Timur, berdasarkan data yang disampaikan Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji.

Mudyat menekankan bahwa diversitas data dan program yang berjalan sendiri-sendiri oleh tiap instansi telah membuat upaya penanganan stunting menjadi kurang efektif dan tidak tepat sasaran.

“Kita butuh satu tim, satu data, dan satu langkah. Jangan lagi tiap instansi jalan sendiri. Dengan data yang sama, program kita lebih terlihat dan lebih tepat sasaran,” tegasnya, Minggu (23/11/2025).

Instruksi ini mewajibkan keterlibatan aktif tidak hanya Dinas Kesehatan, tetapi juga instansi kunci seperti DP3A2KB (Keluarga Berencana), Dinas Ketahanan Pangan, hingga DPMD (Pemberdayaan Masyarakat dan Desa). Integrasi data dan program diharapkan memastikan intervensi gizi dan kesehatan dapat menyentuh setiap sasaran, mulai dari ibu hamil hingga balita, secara holistik.

Dirinya juga menunjuk desa sebagai front line dalam perang melawan stunting. Desa yang memiliki dana mandiri diinstruksikan untuk menjadi ujung tombak dalam penguatan layanan kesehatan dasar, termasuk optimalisasi peran Posyandu yang didukung penuh oleh dana desa. Strategi ini bertujuan memastikan layanan dasar kesehatan lebih dekat dan mudah diakses oleh masyarakat.

Baca Juga :  Niat dan Konsisten, Optimis Budidaya Udang Vaname Berkembang, Bukan Ikut Tren

Kesehatan dan Pendidikan Terus Jadi Prioritas

Selain strategi lintas sektor, Mudyat juga menyoroti aspek kualitas pelayanan di fasilitas kesehatan. Ia mengakui adanya kendala klasik seperti keterbatasan peralatan dan aturan BPJS, namun ia menegaskan hal tersebut tidak boleh mengesampingkan nilai empati.

Mengambil contoh perawat di luar negeri yang mengutamakan keramahan dan empati, Mudyat berharap rumah sakit di PPU menjadi tempat yang memberikan rasa aman dan nyaman, bukan tempat yang membuat pasien bertambah sakit secara mental.

“Kalau alat kita terbatas, minimal pelayanannya dimaksimalkan. Manusiakan manusia. Mental dan psikologis pasien itu harus dibangun,” ujarnya.

Mudyat menutup dengan penegasan bahwa pendidikan dan kesehatan akan terus menjadi prioritas utama. Ia mendorong seluruh jajaran untuk inovatif dan melayani dengan sungguh-sungguh.

“Memanfaatkan setiap celah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik meskipun dengan kemampuan daerah yang terbatas,” pungkas Mudyat. (Adv)

banner 336x280