Agustus hingga Oktober Diprediksi Puncak Angin Selatan, BPBD PPU Imbau Nelayan Waspada Saat Melaut

banner 468x60

Kacamatanegeri.com, PENAJAM– Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Sukadi Kuncoro mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana, terutama memasuki musim kemarau basah serta prediksi angin selatan yang diperkirakan terjadi akhir Juni hingga Agustus 2025.

Kuncoro menjelaskan, kemarau basah ditandai dengan kondisi yang tidak menentu.

banner 336x280

“Kemarau basah itu suatu waktu hujan, cuaca panas tiba-tiba hujan. Setelah hujan cerah lagi,” ujarnya, Senin (9/6/2025).

Kuncoro menjelaskan, prediksi hujan diperkirakan akhir Juni hingga Agustus. Ia mengingatkan nelayan agar tetap berhati-hati saat melaut.

“Ini kan sudah mulai angin selatan, masih belum tinggi, himbauannya harus waspada. Saat melaut harus selalu pakai life jacket,” imbaunya.

Sedangkan prediksi, puncak angin selatan akan terjadi pada Agustus hingga Oktober. “Berarti dalam rentang tiga bulanan ini, selalu waspada,” tambahnya.

Kuncoro menegaskan, bahwa kewaspadaan tidak hanya bergantung pada musim tertentu, melainkan setiap waktu harus waspada.

“Bencana itu tidak tergantung musim, setiap hari harus waspada, karena bencana itu bisa terjadi karena alam maupun human error. Seperti kebakaran rumah, hutan, dan lahan, rata-rata disebabkan ketidaktahuan masyarakat akan dampaknya yang sangat besar terhadap ekonomi dan kesehatan,” terangnya

Waspada Daerah Rawan Bencana

Kuncoro menyatakan, mengenai peta rawan bencana, wilayah-wilayah berisiko masih sama dari tahun ke tahun, seperti zona merah bencana banjir berada di wilayah Sepaku.

Baca Juga :  Rakor TPAKD sebagai Rencana Pemkab PPU Percepat Inklusi Keuangan Daerah

“Kalau kebakaran lahan banyak terjadi di Korpri, Lawe-Lawe dan Giripurwa yang memiliki lahan gambut,” ungkapnya.

Menurutnya, beberapa wilayah sudah dijaga oleh pihak terkait, seperti di wilayah Sotek, ada PT BFI dan PT Belantara Subur yang mengelola wilayahnya.

BPBD juga telah menerapkan mitigasi di titik-titik rawan. “Yang paling banyak itu mitigasi kebakaran hutan, tahun 2024 hanya sekitar 10 persen dibanding tahun sebelumnya,” imbuhnya.

Kuncoro menyampaikan, BPBD rutin melakukan pemantauan melalui tim Satgas yang selalu mantau titik-titik panas, termasuk di wilayah rawan kebakaran yang biasanya dilakukan oleh petani saat membuka lahan baru.

“Setiap kami datang, mereka pasti berpikir ulang karena pasal hukumnya jelas dan bisa ditindak pidana,” ucapnya.

Kuncoro menambahkan, untuk potensi banjir di wilayah Babulu diperkirakan minim pada tahun ini, khususnya daerah Labangka Barat dan Gunung Mulia.

“Sungai sudah dibenahi Balai Wilayah Sungai (BWS) tahun 2024. Semoga potensi banjirnya turun,” paparnya.

Kuncoro memperkirakan dampak banjir dalam dua minggu terakhir relatif kecil, karena sudah diupayakan normalisasi sungai oleh pihak terkait.

“Sudah dilakukan normalisasi dan pembuatan embung di beberapa lingkungan RT oleh UPT PU, sisanya nanti akan dilanjutkan BWS,” ungkapnya. (*/ant/dwn/adv)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *